Bahwasanya keyakinan kita kepada Tuhan, sejauh mana pengenalan kita akan sifat sifat Tuhan, sehingga kecenderungan hati itulah yang akan menjadikan sangka kita kepada segala sesuatu nya. Pertama orang yang mempunyai kecenderungan hati sedemikian rupa hingga mencapai ketulusan, dimana tak ada lagi sesuatu yang ghaib bagi nya sehingga benar benar dapat menjadi hadir dengan jelas di depan penglihatan mereka karena keada'an telah tersingkapnya tabir sehingga mampu mencapai pandangan langsung ( Al Kasyf wal 'Iyaan ) yang mana pada tahap ini telah di masuki oleh para nabi dan pewaris mereka yang sempurna ( Ash Shiddiqun ). Seperti dalam isyarat firman Tuhan yang berbunyi :
" Ketahuilah sesungguhnya wali wali Allah itu tidak merasa takut dan tidak merasa duka cita. Yaitu mereka beriman dan taqwa kepada Allah. Untuk mereka ada khabar gembira untuk hidup di dunia dan di akhirat. Tiada lah pernah bertukar kalimah kalimah Allah. Itulah dia kemenangan yang besar " ( Q. S. 10 Yunus 62 - 64 ).
Sesungguh nya pada tahap ini telah mereka capai dengan bimbingan rahasia illahi karena adanya gerak ikhtiar dan tarikan Robbani, seperti firman Tuhan
" Barangsiapa yang memusuhi kekasih Ku, Aku telah mengumumkan perang padanya. Tidak ada cara ber taqarrub seorang hamba kepada Ku yang lebih kusukai melainkan melaksanakan kewajiban kewajiban yang telah Ku fardhukan kepadanya. Namun senantiasa hamba Ku itu berusaha mendekatkan diri kepada Ku dengan melakukan hal hal yang sunnah, sehingga Aku pun mencintai. Apabila ia telah Ku cintai, Aku menjadi alat pendengarnya yang dengannya ia mendengar, alat penglihatannya yang dengannya ia melihat, tangannya yang dengannya ia memukul keras dan kakinya yang dengannya ia berjalan. Jika ia memohon kepada Ku sungguh akan Ku kurniai dirinya dan jika ia memohon perlindungan Ku, Aku akan melindunginya. Dan tak penah Aku ragu ragu pada sesuatu di sa'at Aku akan melakukannya seperti ragu Ku untuk mengambil jiwa Orang Mu'min yang enggan mati sedang Aku tidak suka mengganggunya "
Kemudian yang ke dua ada pula orang yang mempunyai kecenderungan hati yang mana sesuatu yang ghaib menjadi seakan akan dengan jelasnya di hadapan penglihatan sehingga tumbuh lah keyakinan yang sedemikian rupa sehingga mampu menguasai hati secara penuh sehingga tidak mungkin terjadi yang berlawanan dengannya, walaupun bahkan tidak dapat dibayangkan wujudnya apalagi kemungkinan terjadinya. Inilah golongan orang yang di dekatkan ( Muqarrobin )
Firman Allah ( Q. S. At Taghabun : 11 )
" Barangsiapa beriman kepada Allah, niscaya Dia akan menunjuki hatinya ‘
dan juga dalam Q. S 2 Al Baqarah 25
" Sampaikanlah khabar gembira kepada orang orang yang beriman dan beramal shalíh ( yang telah mengerjakan perbuatan yang baik ) sesungguhnya untuk mereka ada taman ( surga ) yang mengalir sungai sungai di dalamnya. Setiap mereka beroleh pemberian di dalam surga dari semacam buah buahan, mereka mengatakan " inilah pemberian yang telah kita terka dahulu " (bahwa pemberian itu sesuai dengan apa yang telah dijanjikan dahulu lepada mereka di dunia ) dan kepada mereka diberikan pemberian yang serupa. Dan untuk mereka di dalam surga ada jodoh yang bersih suci dan mereka hidup kekal didalamnya "
Dan yang terakhir ádalah orang yang mempunyai kecenderungan hati dengan kepercaya'an yang pasti dan kuat namun masih bisa disertai kemungkinan timbulnya keraguan dan guncangan apabila datang hal yang dapat mempengaruhinya. Keada'an seperti ini biasa disebut ke Imanan. Inilah golongan orang Abrar
Seperti yang telah di isyarat kan Allah dalam firman Nya
" Dan di antara manusia ada yang berkata " kami beriman kepada Allah ". Tatapi apabila mendapat gangguan dan rintangan dalam melaksanakan perintah Allah, dia menganggap gangguan ( fitnah ) itu seakan akan siksa'an dari Allah dan jika datang pertolongan dari Allah, mereka pasti berkata " Susungguhnya kami beserta kalian ( kaum mukmin )". Bukankah Allah lebih mengetahui apa yang ada dalam dada manusia ? dan sesungguhnya Allah mengetahui orang orang yang beriman dan benar benar mengetahui orang orang yang munafiq " ( Q. S. 29 Al Ankabut : 10 - 11 )
Ketahui lah bahwa sesungguh nya Maha Suci Allah dari segala bentuk dan sifat karena Dzat Nya yang Laisa Kamislihi, maka tak pantas Tuhan yang Maha, memiliki kesama'an dengan Makhluk yang baharu dan binasa. Tetapi karena akal kita menuntut menyembah Tuhan yang di atas, maka menjadikan kita mengharus kan Tuhan memiliki sifat sifat yang berlawanan dengan kita dengan cara memandang ke dhaif an setiap makhluk. Dan karena Kasih Allah Ta'ala tadi lah yang memberikan ilmu rahasia kepada para nabi dan pewaris mereka yang sempurna untuk mengenal kan rahasia illahiah untuk menambahkan keyakinan dan ke imanan kepada setiap hamba. Maka oleh kita menjadikan Tuhan itu yang wajib adanya yang mula mula ialah yaitu
WUJUD
Yaitu wajib ada mustahil tiada nyatanya dengan memandang makhluk. Wujud Dzat Allah yaitu tanpa di karena kan dengan suatu karena dan tiada serupa dengan segala sesuatu rupa dan tiada bagai dengan suatu bagai juga, tiada banding dengan suatu banding, tiada bermasa dan bertempat, didalam maupun di luar karena segala sesuatu haqiqat nya di liputi oleh Nya.
Oleh karena itu lah sebenar benarnya Wujud Dzat Allah itu bendahara dari segala sesuatu nya. Dan Ada nya Alam dengan adanya Allah karena Allah tetap lah Wujud meskipun tiada alam ini, sehingga mustahil Allah memerlukan dalil akan keberada'an Nya dengan mengharuskan pandangan adanya alam. Maha Suci Allah dari segala dalil
QIDAM
Yaitu sedia mustahil baharu nyata juga dengan memandang makhluk. Sedia nya Dzat Allah dengan tiada ber awal maupun dengan tiada kesudahan walaupun dengan bermula adanya makhluk, maka wajib lah Allah karena Wujud harus bersifat Qidam
BAQA
Yaitu kekal mustahil berkesudahan atau binasa seperti makhluk. Adapun makna kekal yaitu tidak mendahului makhluk yang dahulu maupun tidak berakhir dengan makhluk yang akan kemudian. Dan sifat Baqa ini menunjukan daripada keharusan sifat Qidam
MUKHALLAFATUHU LIL HAWADITH
Yaitu berbeda mustahil serupa dengan segala makhluk, baik pada Dzat, Sifat maupun Af'al.
Berbeda Dzat yaitu karena perbendahara'an Allah segala sesuatu yang lain, Dan tak ada satupun makhluk yang bukan dari perbendahara'an Nya.
begitupun berbeda Sifat karena bergantung segala sesuatu nya kepada Nya juga berbeda Af'al karena maha suci Dia dari memerlukan sesuatu alat dalam perbuatan Nya.
Pandang pada Dzat Allah bukan kah kita dibawah perintah, pandang pada Sifat Allah ternyata kita di dalam milik, pandang Asma Allah bukan kah kita hamba
dan juga pandang pada Af'al Allah kita adalah terjadi. Oleh karena itu kita tidak mempunyai apa apa melainkan hak Allah SWT semata mata.
QIAMUHU BINAFSIH
Yaitu berdiri sendiri mustahil berhajat pada yang lain, baik pada Dzat, Sifat maupun Af'al.
Berdiri Dzat dengan sendiri karena tiada berkehendak pada mengadakan Nya, berdiri Sifat dengan sendiri juga karena tiada berkehendak pada menjadikan Nya dan bediri Af'al dengan sendiri karena tiada berhajat pada menolong kan Nya. Maka kita pandang pada Wujud yaitu makna Adanya Allah itu tidak ada suatu sebab oleh karena suatu sebab, disinilah dalil yang membuktikan adanya Dia Qiamuhu Binafsih.
Allah ada sendiri karena diri Dzat itu Qadim lagi azali maka hak Qadim lah Baqa, dan Allah tidak mengadakan diri sendiri karena apabila Ia mengadakan diri sendiri maka Ia berhajat pada sesuatu untuk mengadakan Nya dan Dia karena ada sesuatu yang dahulu maka baru membuat dan itu mustahil karena kalau ada permulaan maka batal lah Qidam dan kalau berhajat sesuatu mengadakan Nya maka batallah Mukhlafah dan bila gugur Qiyamuhu maka gugurlah 4 ( empat ) yang diatas.
WAHDNIAT
Yaitu esa mustahil berbilang bilang baik esa pada Dzat, esa pada Sifat maupun esa pada Af'al karena sesungguh nya esa Se Dzat atau ketunggalan Dzat itu tidak bersusun susun, bersuku suku ataupun terbagi bagi karena maha suci Dzat Allah itu tidak lah berbenda atau berbentuk. Sedangkan esa se Sifat yaitu se Qudrat, se Iradat dan se Ilmu dan yang berbilang bilang itu liput daripada Allah dan takluk Nya daripada Nya. Dan esa se Af'al ialah tidak ada sekutu dalam perbuatan Allah selama lamanya karena segala sesuatu tak akan memberi bekas
HAYAT
Yaitu hidup selama lama nya mustahil mati, dan hidup nya Allah tidak dengan roh dan jasad maupun tidak dengan nyawa dan nafas terlebih tidak karena unsur yang empat seperti Api, Angin, Air dan Tanah karena hidup Allah SWT Qadim lagi Azali.
Dan Hayat Allah pasti tak pernah lalai dan ingat karena sesuatu pun, maka wajib lah Ia Hidup karena mustahil dengan Wujud Nya itu yang Baqa ia bisa Binasa
ILMU
Yaitu mengetahui mustahil jahil, yaitu Ilmu Allah tidak dengan karena suatu perantara dan hajat sehingga pasti Ia mengetahui tidak dengan belajar dan di ajar baik dengan mudah maupun susah, karena Tahu Allah itu terbuka dan nyata yang tiada oleh karena mudah dan susah nya sesuatu maka dia Tahu.
QUDRAT
Yaitu berkuasa mustahil lemah, yaitu kuasa Allah mengadakan sesuatu yang tidak ada menjadi ada dan menjadikan yang ada agar tiada tanpa ada sesuatupun yang dapat mencegah, membatal kan atau melemahkan kuasa Allah. Karena kuasa Allah adalah kuasa yang berdiri bagi Dzat seperti dalam Innallaah ha ghaniyyu 'alal 'aalamiin
IRADAT
Yaitu berkehendak mustahil dipaksa, dan kehendak Nya ialah menjadikan segala sesuatu dengan kehendak tidak dengan lalai, lupa, tabiat ataupun untuk mengambil faedah. Karena Allah lah yang menentukan segala sesuatu
SAMA
Yaitu mendengar mustahil tuli, yaitu tidak dengan telinga ataupun tujuh anggota tubuh, tidak dengan sebab jauh dekat, dilindung atau didinding, karena Allah mendengar Dzat, Sifat, Asma dan Af'al Nya
BASAR
Yaitu melihat mustahil buta, karena melihat Allah tidak dengan melihat biji mata, maka melihat Allah tidak dengan didindingi oleh kantuk, oleh puas dan bosan, benci dan kasih, tidak dengan sebab buruk dan baik, tidak dengan sebab kebajikan dan kejahatan.
KALAM
Yaitu berkata kata mustahil bisu, yaitu berkata kata tidak dengan lidah di mulut, tidak ada huruf dan suara, tidak di dahului dan tidak kemudian tiada tersalah atau terlancar, oleh karena berkata kata Allah itu takluk pada tiga hukum aqal yaitu wajib yaitu tidak ada Tuhan melainkan Dia, mustahil yailtu mustahil Tuhan salah satu daripada tiga dan harus yaitu Allah yang menjadikan kamu dan segala yang kamu perbuat.
KAUNUHU HAYYUN
Yaitu keadaan Allah yang hidup mustahil berkeadaan mati, yaitu melazimkan Hayat. Artinya tidak dikatakan Kaunuhu Hayyun melainkan kemudian mendirikan Hayat itu pada Zat. Hayyun menerangkan atau menjelaskan bahwa Hayat itu sebenarnya ada dan Hayyun adalah saksi adanya Hayat pada Dzat
KAUNUHU 'AALIMAN
Yaitu keadaan Allah yang mengetahui mustahil keadaan Nya yang jahil, yaitu melazimkan Ilmu artinya tidak dikatakan kaunuhu 'Aaliman melainkan kemudian mendirikan Ilmu itu pada Dzat
KAUNUHU QAADIRAN
Yaitu keadaan Allah yang berkuasa mustahil keadaan Nya yang lemah, artinya Kaunuhu Qaadiran melazimkan Qudrat karena tidak dikatakan Kaunuhu Qaadiran melainkan kemudian mendirikan Qudrat itu pada Dzat
KAUNUHU MURIDAN
Yaitu keadaan Allah yang berkehendak mustahil keadaan Nya yang dipaksa, yaitu melazimkan Iradat artinya tidak dikatakan Kaunuhu Muridan melainkan kemudian mendirikan Iradat itu pada Dzat
KAUNUHU SAMII'AN
Yaitu keadaan yang mendengar mustahil keadaan Nya yang tuli, artinya Kaunuhu Samii'an melazimkan Sama karena tidak dikatakan Kaunuhu Samii'an melainkan kemudian mendirikan Sama itu pada Dzat
KAUNUHU BASHIRAN
Yaitu keadaan yang melihat mustahil keadaan Nya yang buta, yaitu melazimkan Bashar, artinya tidak dikatakan Kaunuhu Bashiiran melainkan kemudian mendirikan Bashar itu pada Dzat
KAUNUHU MUTAKALLIMAN
Yaitu keadaan Allah yang berkata kata mustahil keadaan Nya yang bisu, yaitu melazimkan Kalam artinya tidak dikatakan Kaunuhu Mutakalliman melainkan kemudian mendirikan Kalam itu pada Dzat
Dan dalil bagi ke tujuh kaunuhu itu adalah sekalian makhluk ini
Kaunuhu adalah untuk menjelaskan sifat yang tujuh dan inilah yang dinamakan hal sifat Maanawiah
Oleh karena itu didalam sifat Maanawiah itu terdapat Hal Kekayaan, Hal Kebesaran, Hal Ketinggian dan juga Hal Keelokan yang semuanya keluar daripada sifat Maanawiah
Dan juga menghadap wajah Allah itu dengan martabat Afaal, Asma, Sifat dan Dzat, karena martabat Allah itu juga empat yaitu Afal dimana pada pihak perbuatan Nya, Asma dimana pada pihak Nama Nya, Sifat dimana pada pihak Sifat Nya dan Dzat dimana pada pihak Dzat Nya. Inilah yang dikatakan liput atau Se Dzat, Se Sifat, Se Asma dan Se Afal, maka nyatalah kata LAA itu pada Dzat, kata ILAAHA itu pada Sifat, kata ILLAA itu pada Asma dan ALLAH itu pada Afaal
Dan bila keluar empat itu, itulah yang dikatakan dengan Syariat yaitu Iman, Tarekat yaitu Islam, Hakikat yaitu Tauhid dan Marifat yaitu Marifat yang mana kesemuanya itu terbit di ISLAM. Pada huruf Alif itu Iman, pada huruf Sin itu Islam, pada huruf Lam itu Tauhid dan pada huruf Mim itu Marifat.
Sifat Dua Puluh ini terbagi menjadi empat bahagian yang tujuannya adalah untuk memasukan ke dalam kalimah Laa Ilaha Illaa Allah
WUJUD 1 SIFAT NAFSI
Nafsi atau nama bagi Dzat maka maujud pada Zihin dalam i'tikad, yaitu majud pada Dzat yang tak nyata pada alam, karena Dzat dan Sifat tak berpisah. Maka Wujud itu terbagi kepada 3 Adam yakni Adam Thabit yaitu Tidak ada permula'an, Adam Lahit yaitu tidak akan binasa dan Adam Mumasalah yaitu tidak ada bandingan selama lamanya.
QIDAM 5 SIFAT SALBIAH
Maka maujud pada khabar, yaitu berkhabar barang yang tidak patut atau layak bagi Dzat yaitu Dzat yang bersifat Qidam menolak pemula'an, Dzat yang bersifat Baqa menolak kesudahan, Dzat yang bersifat Mukhalafatuhu lil Hawadith menolak menyamai segala sesuatu dan Dzat yang bersifat Qiamuhu binafsih menolak berhajat pada Dzat, Sifat, Asma dan Af'al orang lain dan Dzat yang bersifat Wahdaniat menolak berdua, bertiga atau ada yang lain
Dan Qidam 5 ini adalah Sifat Jalalullah.
Sifat martabat Dzat yakni Wujud 1 dan Qidam 5
Sifat martabat Sifat yakni Hayat 7
Sifat martabat Asma yakni Hayyun
HAYAT 7 SIFAT MA'ANI
Maujud pada zihin yaitu maujud pada Dzat yakni tak nyata pada alam dan maujud pada kharij yaitu memberi bekas pada sekalian alam yakni nyata pada alam karena sifat yang berdiri pada Dzat lah yang menjadikan alam ini.
Dalam sifat Maani ini takluk 6 sifat saja tanpa sifat Hayat yakni pertama Qudrat dan Iradat yaitu takluk pada sekalian mumkin, dan mumkin ini terbagi menjadi 4 bagian yang mana termasuk di dalam kalimah Laa yaitu Mumkin Maujud dikatakan Takluk Ma'yah yakni menyertai, dalam kalimah Ilaaha yaitu Mumkin Adam Ba'dal Maujud dikatakan Takluk Taksir yakni hari yang akan telah lalu, dalam kalimah Illaa yaitu Mumkin Sayyujad dikatakan Takluk Bil Quah yakni hari yang akan datang hingga Qiamat dan dalam kalimah Allah yaitu Ilmullah innahu lam yujat dikatakan Takluk Hikmiah yakni akan datang masuk syurga dan neraka. Kedua Sama dan Basar yaitu takluk sekalian maujudat dan yang ketiga Ilmu dan Kalam yaitu takluk pada hukum aqal yang 3.
Oleh karena itu Allah menjadikan makhluk ini dengan 4 sifat Nya yaitu Hayat, Ilmu, Qudrat dan Iradat dan menerima sekalian kejadian ini dengan Sama, Basar dan Kalam.
Yang perlu di ingat bahwa sifat Nafsi maujud pada zihin dan sifat Maanawiah maujud pada zihin juga tetapi keduanya tetap berbeda karena sifat Nafsi halnya tidak ada karena dengan suatu karena sementara sifat Ma'anawiah halnya ada karena dengan suatu karena, sebab kenyataan bagi sifat Ma'anawiah tak ada.
" Ketahuilah sesungguhnya wali wali Allah itu tidak merasa takut dan tidak merasa duka cita. Yaitu mereka beriman dan taqwa kepada Allah. Untuk mereka ada khabar gembira untuk hidup di dunia dan di akhirat. Tiada lah pernah bertukar kalimah kalimah Allah. Itulah dia kemenangan yang besar " ( Q. S. 10 Yunus 62 - 64 ).
Sesungguh nya pada tahap ini telah mereka capai dengan bimbingan rahasia illahi karena adanya gerak ikhtiar dan tarikan Robbani, seperti firman Tuhan
" Barangsiapa yang memusuhi kekasih Ku, Aku telah mengumumkan perang padanya. Tidak ada cara ber taqarrub seorang hamba kepada Ku yang lebih kusukai melainkan melaksanakan kewajiban kewajiban yang telah Ku fardhukan kepadanya. Namun senantiasa hamba Ku itu berusaha mendekatkan diri kepada Ku dengan melakukan hal hal yang sunnah, sehingga Aku pun mencintai. Apabila ia telah Ku cintai, Aku menjadi alat pendengarnya yang dengannya ia mendengar, alat penglihatannya yang dengannya ia melihat, tangannya yang dengannya ia memukul keras dan kakinya yang dengannya ia berjalan. Jika ia memohon kepada Ku sungguh akan Ku kurniai dirinya dan jika ia memohon perlindungan Ku, Aku akan melindunginya. Dan tak penah Aku ragu ragu pada sesuatu di sa'at Aku akan melakukannya seperti ragu Ku untuk mengambil jiwa Orang Mu'min yang enggan mati sedang Aku tidak suka mengganggunya "
Kemudian yang ke dua ada pula orang yang mempunyai kecenderungan hati yang mana sesuatu yang ghaib menjadi seakan akan dengan jelasnya di hadapan penglihatan sehingga tumbuh lah keyakinan yang sedemikian rupa sehingga mampu menguasai hati secara penuh sehingga tidak mungkin terjadi yang berlawanan dengannya, walaupun bahkan tidak dapat dibayangkan wujudnya apalagi kemungkinan terjadinya. Inilah golongan orang yang di dekatkan ( Muqarrobin )
Firman Allah ( Q. S. At Taghabun : 11 )
" Barangsiapa beriman kepada Allah, niscaya Dia akan menunjuki hatinya ‘
dan juga dalam Q. S 2 Al Baqarah 25
" Sampaikanlah khabar gembira kepada orang orang yang beriman dan beramal shalíh ( yang telah mengerjakan perbuatan yang baik ) sesungguhnya untuk mereka ada taman ( surga ) yang mengalir sungai sungai di dalamnya. Setiap mereka beroleh pemberian di dalam surga dari semacam buah buahan, mereka mengatakan " inilah pemberian yang telah kita terka dahulu " (bahwa pemberian itu sesuai dengan apa yang telah dijanjikan dahulu lepada mereka di dunia ) dan kepada mereka diberikan pemberian yang serupa. Dan untuk mereka di dalam surga ada jodoh yang bersih suci dan mereka hidup kekal didalamnya "
Dan yang terakhir ádalah orang yang mempunyai kecenderungan hati dengan kepercaya'an yang pasti dan kuat namun masih bisa disertai kemungkinan timbulnya keraguan dan guncangan apabila datang hal yang dapat mempengaruhinya. Keada'an seperti ini biasa disebut ke Imanan. Inilah golongan orang Abrar
Seperti yang telah di isyarat kan Allah dalam firman Nya
" Dan di antara manusia ada yang berkata " kami beriman kepada Allah ". Tatapi apabila mendapat gangguan dan rintangan dalam melaksanakan perintah Allah, dia menganggap gangguan ( fitnah ) itu seakan akan siksa'an dari Allah dan jika datang pertolongan dari Allah, mereka pasti berkata " Susungguhnya kami beserta kalian ( kaum mukmin )". Bukankah Allah lebih mengetahui apa yang ada dalam dada manusia ? dan sesungguhnya Allah mengetahui orang orang yang beriman dan benar benar mengetahui orang orang yang munafiq " ( Q. S. 29 Al Ankabut : 10 - 11 )
Ketahui lah bahwa sesungguh nya Maha Suci Allah dari segala bentuk dan sifat karena Dzat Nya yang Laisa Kamislihi, maka tak pantas Tuhan yang Maha, memiliki kesama'an dengan Makhluk yang baharu dan binasa. Tetapi karena akal kita menuntut menyembah Tuhan yang di atas, maka menjadikan kita mengharus kan Tuhan memiliki sifat sifat yang berlawanan dengan kita dengan cara memandang ke dhaif an setiap makhluk. Dan karena Kasih Allah Ta'ala tadi lah yang memberikan ilmu rahasia kepada para nabi dan pewaris mereka yang sempurna untuk mengenal kan rahasia illahiah untuk menambahkan keyakinan dan ke imanan kepada setiap hamba. Maka oleh kita menjadikan Tuhan itu yang wajib adanya yang mula mula ialah yaitu
WUJUD
Yaitu wajib ada mustahil tiada nyatanya dengan memandang makhluk. Wujud Dzat Allah yaitu tanpa di karena kan dengan suatu karena dan tiada serupa dengan segala sesuatu rupa dan tiada bagai dengan suatu bagai juga, tiada banding dengan suatu banding, tiada bermasa dan bertempat, didalam maupun di luar karena segala sesuatu haqiqat nya di liputi oleh Nya.
Oleh karena itu lah sebenar benarnya Wujud Dzat Allah itu bendahara dari segala sesuatu nya. Dan Ada nya Alam dengan adanya Allah karena Allah tetap lah Wujud meskipun tiada alam ini, sehingga mustahil Allah memerlukan dalil akan keberada'an Nya dengan mengharuskan pandangan adanya alam. Maha Suci Allah dari segala dalil
QIDAM
Yaitu sedia mustahil baharu nyata juga dengan memandang makhluk. Sedia nya Dzat Allah dengan tiada ber awal maupun dengan tiada kesudahan walaupun dengan bermula adanya makhluk, maka wajib lah Allah karena Wujud harus bersifat Qidam
BAQA
Yaitu kekal mustahil berkesudahan atau binasa seperti makhluk. Adapun makna kekal yaitu tidak mendahului makhluk yang dahulu maupun tidak berakhir dengan makhluk yang akan kemudian. Dan sifat Baqa ini menunjukan daripada keharusan sifat Qidam
MUKHALLAFATUHU LIL HAWADITH
Yaitu berbeda mustahil serupa dengan segala makhluk, baik pada Dzat, Sifat maupun Af'al.
Berbeda Dzat yaitu karena perbendahara'an Allah segala sesuatu yang lain, Dan tak ada satupun makhluk yang bukan dari perbendahara'an Nya.
begitupun berbeda Sifat karena bergantung segala sesuatu nya kepada Nya juga berbeda Af'al karena maha suci Dia dari memerlukan sesuatu alat dalam perbuatan Nya.
Pandang pada Dzat Allah bukan kah kita dibawah perintah, pandang pada Sifat Allah ternyata kita di dalam milik, pandang Asma Allah bukan kah kita hamba
dan juga pandang pada Af'al Allah kita adalah terjadi. Oleh karena itu kita tidak mempunyai apa apa melainkan hak Allah SWT semata mata.
QIAMUHU BINAFSIH
Yaitu berdiri sendiri mustahil berhajat pada yang lain, baik pada Dzat, Sifat maupun Af'al.
Berdiri Dzat dengan sendiri karena tiada berkehendak pada mengadakan Nya, berdiri Sifat dengan sendiri juga karena tiada berkehendak pada menjadikan Nya dan bediri Af'al dengan sendiri karena tiada berhajat pada menolong kan Nya. Maka kita pandang pada Wujud yaitu makna Adanya Allah itu tidak ada suatu sebab oleh karena suatu sebab, disinilah dalil yang membuktikan adanya Dia Qiamuhu Binafsih.
Allah ada sendiri karena diri Dzat itu Qadim lagi azali maka hak Qadim lah Baqa, dan Allah tidak mengadakan diri sendiri karena apabila Ia mengadakan diri sendiri maka Ia berhajat pada sesuatu untuk mengadakan Nya dan Dia karena ada sesuatu yang dahulu maka baru membuat dan itu mustahil karena kalau ada permulaan maka batal lah Qidam dan kalau berhajat sesuatu mengadakan Nya maka batallah Mukhlafah dan bila gugur Qiyamuhu maka gugurlah 4 ( empat ) yang diatas.
WAHDNIAT
Yaitu esa mustahil berbilang bilang baik esa pada Dzat, esa pada Sifat maupun esa pada Af'al karena sesungguh nya esa Se Dzat atau ketunggalan Dzat itu tidak bersusun susun, bersuku suku ataupun terbagi bagi karena maha suci Dzat Allah itu tidak lah berbenda atau berbentuk. Sedangkan esa se Sifat yaitu se Qudrat, se Iradat dan se Ilmu dan yang berbilang bilang itu liput daripada Allah dan takluk Nya daripada Nya. Dan esa se Af'al ialah tidak ada sekutu dalam perbuatan Allah selama lamanya karena segala sesuatu tak akan memberi bekas
HAYAT
Yaitu hidup selama lama nya mustahil mati, dan hidup nya Allah tidak dengan roh dan jasad maupun tidak dengan nyawa dan nafas terlebih tidak karena unsur yang empat seperti Api, Angin, Air dan Tanah karena hidup Allah SWT Qadim lagi Azali.
Dan Hayat Allah pasti tak pernah lalai dan ingat karena sesuatu pun, maka wajib lah Ia Hidup karena mustahil dengan Wujud Nya itu yang Baqa ia bisa Binasa
ILMU
Yaitu mengetahui mustahil jahil, yaitu Ilmu Allah tidak dengan karena suatu perantara dan hajat sehingga pasti Ia mengetahui tidak dengan belajar dan di ajar baik dengan mudah maupun susah, karena Tahu Allah itu terbuka dan nyata yang tiada oleh karena mudah dan susah nya sesuatu maka dia Tahu.
QUDRAT
Yaitu berkuasa mustahil lemah, yaitu kuasa Allah mengadakan sesuatu yang tidak ada menjadi ada dan menjadikan yang ada agar tiada tanpa ada sesuatupun yang dapat mencegah, membatal kan atau melemahkan kuasa Allah. Karena kuasa Allah adalah kuasa yang berdiri bagi Dzat seperti dalam Innallaah ha ghaniyyu 'alal 'aalamiin
IRADAT
Yaitu berkehendak mustahil dipaksa, dan kehendak Nya ialah menjadikan segala sesuatu dengan kehendak tidak dengan lalai, lupa, tabiat ataupun untuk mengambil faedah. Karena Allah lah yang menentukan segala sesuatu
SAMA
Yaitu mendengar mustahil tuli, yaitu tidak dengan telinga ataupun tujuh anggota tubuh, tidak dengan sebab jauh dekat, dilindung atau didinding, karena Allah mendengar Dzat, Sifat, Asma dan Af'al Nya
BASAR
Yaitu melihat mustahil buta, karena melihat Allah tidak dengan melihat biji mata, maka melihat Allah tidak dengan didindingi oleh kantuk, oleh puas dan bosan, benci dan kasih, tidak dengan sebab buruk dan baik, tidak dengan sebab kebajikan dan kejahatan.
KALAM
Yaitu berkata kata mustahil bisu, yaitu berkata kata tidak dengan lidah di mulut, tidak ada huruf dan suara, tidak di dahului dan tidak kemudian tiada tersalah atau terlancar, oleh karena berkata kata Allah itu takluk pada tiga hukum aqal yaitu wajib yaitu tidak ada Tuhan melainkan Dia, mustahil yailtu mustahil Tuhan salah satu daripada tiga dan harus yaitu Allah yang menjadikan kamu dan segala yang kamu perbuat.
KAUNUHU HAYYUN
Yaitu keadaan Allah yang hidup mustahil berkeadaan mati, yaitu melazimkan Hayat. Artinya tidak dikatakan Kaunuhu Hayyun melainkan kemudian mendirikan Hayat itu pada Zat. Hayyun menerangkan atau menjelaskan bahwa Hayat itu sebenarnya ada dan Hayyun adalah saksi adanya Hayat pada Dzat
KAUNUHU 'AALIMAN
Yaitu keadaan Allah yang mengetahui mustahil keadaan Nya yang jahil, yaitu melazimkan Ilmu artinya tidak dikatakan kaunuhu 'Aaliman melainkan kemudian mendirikan Ilmu itu pada Dzat
KAUNUHU QAADIRAN
Yaitu keadaan Allah yang berkuasa mustahil keadaan Nya yang lemah, artinya Kaunuhu Qaadiran melazimkan Qudrat karena tidak dikatakan Kaunuhu Qaadiran melainkan kemudian mendirikan Qudrat itu pada Dzat
KAUNUHU MURIDAN
Yaitu keadaan Allah yang berkehendak mustahil keadaan Nya yang dipaksa, yaitu melazimkan Iradat artinya tidak dikatakan Kaunuhu Muridan melainkan kemudian mendirikan Iradat itu pada Dzat
KAUNUHU SAMII'AN
Yaitu keadaan yang mendengar mustahil keadaan Nya yang tuli, artinya Kaunuhu Samii'an melazimkan Sama karena tidak dikatakan Kaunuhu Samii'an melainkan kemudian mendirikan Sama itu pada Dzat
KAUNUHU BASHIRAN
Yaitu keadaan yang melihat mustahil keadaan Nya yang buta, yaitu melazimkan Bashar, artinya tidak dikatakan Kaunuhu Bashiiran melainkan kemudian mendirikan Bashar itu pada Dzat
KAUNUHU MUTAKALLIMAN
Yaitu keadaan Allah yang berkata kata mustahil keadaan Nya yang bisu, yaitu melazimkan Kalam artinya tidak dikatakan Kaunuhu Mutakalliman melainkan kemudian mendirikan Kalam itu pada Dzat
Dan dalil bagi ke tujuh kaunuhu itu adalah sekalian makhluk ini
Kaunuhu adalah untuk menjelaskan sifat yang tujuh dan inilah yang dinamakan hal sifat Maanawiah
Oleh karena itu didalam sifat Maanawiah itu terdapat Hal Kekayaan, Hal Kebesaran, Hal Ketinggian dan juga Hal Keelokan yang semuanya keluar daripada sifat Maanawiah
Dan juga menghadap wajah Allah itu dengan martabat Afaal, Asma, Sifat dan Dzat, karena martabat Allah itu juga empat yaitu Afal dimana pada pihak perbuatan Nya, Asma dimana pada pihak Nama Nya, Sifat dimana pada pihak Sifat Nya dan Dzat dimana pada pihak Dzat Nya. Inilah yang dikatakan liput atau Se Dzat, Se Sifat, Se Asma dan Se Afal, maka nyatalah kata LAA itu pada Dzat, kata ILAAHA itu pada Sifat, kata ILLAA itu pada Asma dan ALLAH itu pada Afaal
Dan bila keluar empat itu, itulah yang dikatakan dengan Syariat yaitu Iman, Tarekat yaitu Islam, Hakikat yaitu Tauhid dan Marifat yaitu Marifat yang mana kesemuanya itu terbit di ISLAM. Pada huruf Alif itu Iman, pada huruf Sin itu Islam, pada huruf Lam itu Tauhid dan pada huruf Mim itu Marifat.
Sifat Dua Puluh ini terbagi menjadi empat bahagian yang tujuannya adalah untuk memasukan ke dalam kalimah Laa Ilaha Illaa Allah
WUJUD 1 SIFAT NAFSI
Nafsi atau nama bagi Dzat maka maujud pada Zihin dalam i'tikad, yaitu majud pada Dzat yang tak nyata pada alam, karena Dzat dan Sifat tak berpisah. Maka Wujud itu terbagi kepada 3 Adam yakni Adam Thabit yaitu Tidak ada permula'an, Adam Lahit yaitu tidak akan binasa dan Adam Mumasalah yaitu tidak ada bandingan selama lamanya.
QIDAM 5 SIFAT SALBIAH
Maka maujud pada khabar, yaitu berkhabar barang yang tidak patut atau layak bagi Dzat yaitu Dzat yang bersifat Qidam menolak pemula'an, Dzat yang bersifat Baqa menolak kesudahan, Dzat yang bersifat Mukhalafatuhu lil Hawadith menolak menyamai segala sesuatu dan Dzat yang bersifat Qiamuhu binafsih menolak berhajat pada Dzat, Sifat, Asma dan Af'al orang lain dan Dzat yang bersifat Wahdaniat menolak berdua, bertiga atau ada yang lain
Dan Qidam 5 ini adalah Sifat Jalalullah.
Sifat martabat Dzat yakni Wujud 1 dan Qidam 5
Sifat martabat Sifat yakni Hayat 7
Sifat martabat Asma yakni Hayyun
HAYAT 7 SIFAT MA'ANI
Maujud pada zihin yaitu maujud pada Dzat yakni tak nyata pada alam dan maujud pada kharij yaitu memberi bekas pada sekalian alam yakni nyata pada alam karena sifat yang berdiri pada Dzat lah yang menjadikan alam ini.
Dalam sifat Maani ini takluk 6 sifat saja tanpa sifat Hayat yakni pertama Qudrat dan Iradat yaitu takluk pada sekalian mumkin, dan mumkin ini terbagi menjadi 4 bagian yang mana termasuk di dalam kalimah Laa yaitu Mumkin Maujud dikatakan Takluk Ma'yah yakni menyertai, dalam kalimah Ilaaha yaitu Mumkin Adam Ba'dal Maujud dikatakan Takluk Taksir yakni hari yang akan telah lalu, dalam kalimah Illaa yaitu Mumkin Sayyujad dikatakan Takluk Bil Quah yakni hari yang akan datang hingga Qiamat dan dalam kalimah Allah yaitu Ilmullah innahu lam yujat dikatakan Takluk Hikmiah yakni akan datang masuk syurga dan neraka. Kedua Sama dan Basar yaitu takluk sekalian maujudat dan yang ketiga Ilmu dan Kalam yaitu takluk pada hukum aqal yang 3.
Oleh karena itu Allah menjadikan makhluk ini dengan 4 sifat Nya yaitu Hayat, Ilmu, Qudrat dan Iradat dan menerima sekalian kejadian ini dengan Sama, Basar dan Kalam.
Yang perlu di ingat bahwa sifat Nafsi maujud pada zihin dan sifat Maanawiah maujud pada zihin juga tetapi keduanya tetap berbeda karena sifat Nafsi halnya tidak ada karena dengan suatu karena sementara sifat Ma'anawiah halnya ada karena dengan suatu karena, sebab kenyataan bagi sifat Ma'anawiah tak ada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
kami akan menghapus komentar yang berkata kasar, melanggar sara,pornografi,dll