YAYASAN ASY SYAHIDAH TAUHID "RUMAH SINGGAH - TAHFIDZUL QUR'AN" , Bank Sumut Cab. Tembung Rek. 109.02.04.014299-9 an. Yayasan As Syahidah Tauhid

AKTE NOTARIS : NO. 25 TANGGAL 30 JUNI 2008,NIDA HUSNA SH. NSM : 4 1 2 1 2 1 0 1 7 5 0 1, NPWP : 31.320.826.6-125.000
Computer Tips Download
KONFIRMASI SEDEKAH SMS 087766100854(Konfirmasi Anda Sangat Kami Butuhkan)

Belajar Al Qur'an OnLine

Sabtu, 07 Mei 2011

ILMU TUHAN

Bismillahirrahmanirrahim,
Tulisan ini akan mencoba untuk memahami bagaimana Tuhan mengetahui makhluk-makhlukNya (termasuk perbuatan-perbuatannya). Namun yang perlu diingat disini adalah bahwa memahami ilmu Tuhan bukan berarti kita akan dapat mengerti hakikat ilmuNya. Sebab hakikat ilmuNya hanya diketahui oleh diriNya sendiri, karena hakikat ilmuNya adalah diriNya sendiri.
Pada dasarnya ada dua kemungkinan sifat ilmu yang dimiliki Allah, yaitu:
Pertama, adalah sifat ilmu yang tergolong sebagai sifat-zat. Yaitu ilmuNya terhadap DiriNya sendiri. Dalam hal ini Dia, ilmu dan obyek ilmuNya adalah sama dan satu yaitu DiriNya sendiri. Oleh karena itu ilmuNya adalah DiriNya dan DiriNya adalah ilmuNya. Tidak ada dualisme didalamNya. Satu-satunya perbedaan hanyalah dalam pengertian dan akal kita saja, sedang pada hakikat eksistensiNya adalah sama dan satu (bukan kesatuan). Oleh karena itu kita dapat mengatakan bahwa ilmuNya tidak terbatas.
Kedua, adalah sifat ilmu yang tergolong sifat-perbuatan, yaitu ilmuNya terhadap seluruh makhlukNya secara langsung. Sifat ini jelas tidak ada dan tidak boleh ada karena kalau sifat ini dianggap ada berarti Dia mengalami proses. Sebab sebelum ada makhluk Dia tidak mungkin mengetahuinya. Apalagi setelah adapun sebagian makhluk selalu berproses (bergerak/berubah). Mungkinkah ilmuNya tidak tsabit dan selalu berubah sebagaimana berubah-ubahnya makhluk? Bukankah dengan demikian berarti Allah selalu menyempurnakan DiriNya dengan selalu bermunculannya makhluk-makhluk atau keadaan yang baru? Selanjutnya, tidakkah dengan demikian berarti Allah butuh dan terbatas? Jawabannya tidak bisa lain kecuali bahwa hal itu adalah mustahil. Sebab keterbatasan adalah ciri wujud-mungkin (makhluk) sedangkan Allah adalah wujud-wajib yang mempunyai ciri tidak terbatas.
Kalau ada yang mengatakan: "Allah mengetahui makhlukNya sebelum penciptaan", maka ini berarti Allah tidak mengetahui makhlukNya yang ada ini secara langsung karena bukankah dalam hal ini mahklukNya belum dicipta atau belum wujud/ada? Sehingga pernyataan diatas bahwa "Allah mengetahui makhlukNya sebelum penciptaan" sebenarnya telah mengembalikan hal ini pada sifat ilmu Tuhan yang pertama yaitu sifat ilmu yang tergolong sifat-zat.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan (ilmu) Tuhan tentang mahlukNya adalah secara tidak langsung karena pengetahuan Tuhan yang langsung hanya terhadap DiriNya. Artinya untuk mengetahui tentang mahklukNya Tuhan tidak membutuhkan mahklukNya tetapi cukup dengan mengetahui DiriNya Dia dapat mengetahui mahklukNya. Sebab sebagai Sang Pencipta, Tuhan memiliki semua (bahkan jauh lebih sempurna, sebenarnya Dia tidak bisa dibandingkan dengan apapun jua) kesempurnaan ciptaanNya/mahklukNya.
Oleh karena itu untuk mengetahui makhlukNya, Tuhan tidak perlu berada dimana-mana (apalagi ada didalam diri kita) sebab dimana itu sendiri adalah juga makhlukNya/ciptaanNya sementara kita tahu bahwa Tuhan tidak terikat atau butuh atau tergantung pada makhlukNya. Justru makhlukNya sangat bergantung kepadaNya baik pada proses penciptaannya ataupun kelangsungan keberadaannya.
Mengenai kebergantungan makhluk kepada Tuhan tersebut di atas perlu saya beri catatan tersendiri yaitu bahwa kebergantungan makhluk kepada Tuhan jangan diartikan segala perbuatan manusia ataupun makhlukNya yang lain yang mempunyai kesadaran seperti iblis/syetan dan jin (untuk selanjutnya cukup saya tulis dengan makhlukNya) telah diarahkan/ditentukan/diprogram oleh Tuhan. Jika kita memahaminya seperti ini maka sama halnya kita telah membatasi kesempurnaan Tuhan. Mengapa? Karena dengan demikian selain pengetahuan Tuhan tentang makhlukNya/manusia akan menjadi berubah-ubah sebagaimana berubah-ubahnya keadaan/kejadian pada manusia/makhlukNya, sementara kita tahu bahwa ilmu Tuhan itu tsabit (tidak berubah-ubah) dan tidak terbatas, juga berarti kita telah mensifatiNya dengan sifat bakhil ataupun dzalim karena telah menahan sesuatu yang diperlukan/dibutuhkan bagi kesempurnaan/kebaikan manusia/makhlukNya. Mustahil Tuhan akan berbuat atau mempunyai sifat demikian. Sama mustahilnya dengan khayalan yang mengatakan bahwa Tuhan bisa saja memasukkan orang yang sholeh keneraka ataupun memasukkan orang yang sesat kesurga. Mengapa? Karena surga tidak bisa bercampur/bersatu dengan kesesatan dan sebaliknya neraka tidak bisa bercampur/bersatu dengan ketaatan. Jadi disini masalahnya bukan Tuhan bisa/mungkin atau tidak bisa/tidak mungkin, tetapi makhlukNya yang bernama surga dan neraka tersebut tidak akan pernah mampu keluar dari maksud dan tujuan mereka diciptakan (ingat, bahwa surga dan neraka adalah termasuk golongan makhluk yang tidak mempunyai kesadaran seperti batu, gunung dll). Maha Suci Allah dari segala yang disifatkan manusia/makhlukNya. Dengan demikian masihkah Tuhan membutuhkan iblis/syetan untuk misalnya menguji/menggoda/menipu/mengelabui manusia? Sungguh suatu kesyirikan yang nyata bila ada yang berpikiran demikian, karena itu berarti Tuhan butuh makhlukNya ataupun menyetarakan/menyekutukan Dia dengan makhlukNya. Jangan-jangan pikiran demikian (bahwa iblis/syetan bermanfaat) memang dihembus-hembuskan oleh iblis/syetan kepada manusia untuk menjerumuskan manusia pada sesuatu yang sangat dikutuk oleh Tuhan yakni syirik. Sungguh Tuhan Maha Esa (bukan kesatuan) dalam segala perbuatan dan zatNya.
Setelah kita memahami bahwa ilmu Tuhan itu termasuk sifat-zat dan mustahil sebagai sifat-perbuatan sebagaimana uraian di atas, maka masih perlukah Tuhan mempunyai mata untuk melihat, mempunyai telinga untuk mendengar, mempunyai kaki untuk bergerak, mempunyai tangan untuk berbuat/mencipta? Jawabannya jelas adalah tidak! Sungguh suatu kejahilan yang nyata bila ada yang mem-personifikasi Tuhan dengan mengkhayalkan bahwa Tuhan butuh itu semua untuk mengetahui/mencipta makhlukNya.
Demikian tulisan saya mengenai ilmu Tuhan yang telah saya coba untuk sesederhana mungkin dan mudah dipahami. Walaupun demikian bilamana ada rekan-rekan yang masih perlu penjelasan lebih lanjut, jangan segan-segan menghubungi saya. Mudah-mudahan tulisan ini dapat sedikit membantu memperjelas kesimpang siuran ataupun kerancuan yang ada disekitar kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

kami akan menghapus komentar yang berkata kasar, melanggar sara,pornografi,dll